Sunday, April 8, 2007

Mau Demo Apa Tawuran Sih?????

Sejak berakhirnya kekuasaan dari Presiden Suharto Yang namanya demontrasi makin marak dilakukan. Sepertinya mudah sekali bagi sekelompok orang untuk berdemo. Dengan dalih demokrasi sepertinya mereka bebas merdeka untuk berdemo tanpa mematuhi aturan yang berlaku. Banyak yang malah melakukan pengrusakan fasilitas-fasilitas publik. Mentang-mentang mereka menang jumlah lalu merasa benar. Padahal kebenaran tidak ada hubungannya dengan jumlah orang. Walaupun tidak seorangpun mengakui benar ya tetap benar tidak bisa dipengaruhi dengan jumlah dan segala macam.

Salah satu ormas yang menurut saya keblinger mengartikan demokrasi dan salah dalam bertindak adalah FPI atau Front Pembela Islam. Mengapa saya katakan salah , karena menurut saya mereka terlalu arogant dalam bertindak seperti dengan seringnya mereka merusak jika mereka sedang berdemo. Seperti memecahkan kaca di kantor majalah Playboy. Menurut saya mereka tidak berhak merusak barang apapun di kantor redaksi majalah Playboy karena itu bukan milik mereka. Mereka boleh menyuarakan aspirasi tetapi dengan cara yang lebih santun dong. Mereka juga sering melakukan rasia-rasia ilegal terhadap pedagang yang ditengarai menjual miras dan barang haram lainnya. Menurut saya itu tidak benar dan sangat rawan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Karena negara Indonesia punya hukum dan perangkat hukum, harusnya mereka yang melakukan bukan sipil. Dan lagi kelakuan FPI rawan pelanggaran HAM karena mereka selalu dalam jumlah besar dan merusak segala sesuatu yang mereka anggap salah. Saya pernah melihat di TV mereka membakar mesin-mesin judi ding dong di tengah jalan di kampung padat penduduk. Apa mereka tidak berpikir ini sangat berbahaya bisa menimbulkan kebakaran. Mereka juga sering merasia tempat-tempat hiburan malam. Sebenarnya apa hak mereka merasia tempat tersebut????
Apa yang mereka anggap memebela Islam? Islam adalah agama yang damai Islam adalah Rahmatilalamin berkat bagi semua alam.

Demokrasi di Indonesia sebenarnya masih semu. Rakyat Indonesia hanya mengambil yang enaknya saja tanpa konsekuen dengan aturan-aturannya. Demokrasi hanya dianggap bebas pokoknya bebas. Padahal kebebasan individu harus sejalan dengan kebebasan publik. Misalnya karena menganggap bebas mereka lalu berdemo seenaknya membuat macet jalan-jalan dan merusak fasilitas-fasilitas publik, mereka juga harus memikirkan kebebasan orang lain yang terganggu dengan ulah mereka. Para karyawan jadi terlambat ke kantor karena jalan macet atau bus yang biasa mereka tumpangi “disandera”. Ibu-ibu yang sedang berbelanja takut kalau tiba-tiba terkena batu nyasar yang sering berterbangan jika mereka berdemo.
Semua ormas apapun latar belakangnya mau itu agama,budaya,politik semuanya harus menghormati kebebasan publik. Mereka tidak boleh bertindak seenaknya sendiri melabrak hal-hal yang tidak berkenan di mata mereka.

Memang penegakan hukum di Indonesia sangat lemah banyak oknum polisi yang malah nyari mangsa di jalan-jalan. Atau memeras para pengusaha yang sebenarnya usahanya legal tapi dipersulit jika tidak memberi “upeti”.

Kalau semua aspek masyarakatnya rusak begini lalu apa yang mesti kita lakukan???

2 comments:

brucelee said...

bener setuju men, mestinya mereka daftar aja di kepolisian kitakan negara hukum dgn masyrakat pluralisme, pancasilais

brucelee said...

bener men, mendingan mereka disekolahin dulu di john robert powel school trus daftar masuk ke kepolisian , ini kan negara pancasila , ada dangdut ,pop, rock, reggae, classis, jazz, be a man donk, jangan minum susu doank